Bakteriofage (sederhananya fage) merupakan virus
yang menginfeksi/ menyerang bakteri. Virus ini sering digunakan oleh para
ilmuwan untuk penelaahan lebih mendalam tentang virus. Mengapa model
bakteriofage yang digunakan sebagai model penelitian para ilmuan tersebut?
Virus fage mudah
ditumbuhkan pada bakteri (inang). Virus yang hidup pada bakteri tersebut mudah
dipelihara dengan kondisi yang dapat dikendalikan seperti waktu, kerja, dan
ruangan yang relatif sedikit dibandingkan dengan pemeliharaan inang berupa
tumbuhan dan hewan. Oleh karena itulah, bakteriofage menjadi perhatian yang
besar untuk penelitian virus.
Bakteriofage adalah kesatuan biologis paling sederhana yang
diketahui mampu mereplikasi dirinya (mampu menggandakan dirinya sendiri menjadi
lebih banyak). Dengan demikian, jasad renik ini dijadikan penelitian dalam genetika,
yaitu dijadikan sistem model untuk mempelajari patogenesitas yang disebabkan
virus. Bagaimana struktur dari bakteriofage? Yuk simak bersama:
1. Ciri-Ciri Umum Bakteriofage
Di manakah virus
bisa hidup? Kenyataannya virus ada di mana-mana, terbukti sering terjadi
mewabahnya suatu penyakit yang tidak mengenal daerah tertentu. Dengan demikian,
virus ini sama seperti virus pada umumnya yang dapat hidup luas di alam.
Bentuknya juga hampir sama seperti virus, yaitu terdiri atas sebuah inti asam
nukleat yang dikelilingi oleh selubung protein. Virus ini mempunyai ekor yang
digunakan untuk melewatkan asam nukleatnya ketika menginokulasi sel inang.
2. Morfologi dan Struktur Bakteriofage
Bagaimana dengan bentuk morfologi dan struktur dari bakteriofage?
Jika kita amati, tubuh bakteriofage tersusun atas kepala, ekor, dan serabut ekor. Kepala berbentuk polyhedral (segi banyak) yang di dalamnya mengandung DNA atau RNA saja. Dari
kepala muncul tubus atau selubung memanjang
yang dinamakan sebagai ekor virus. Ekor ini bertugas sebagai alat penginfeksi. Bagian antara
kepala dan ekor memiliki selubung yang disebut
kapsid. Kapsid tersusun atas molekul-molekul protein, oleh sebab itu disebut sebagai selubung
protein atau pembungkus protein, fungsinya sebagai
pelindung asam nukleat (DNA dan RNA), dapat membantu menginfeksi virus ke sel inangnya dan
menentukan macam sel yang akan dilekati.
Coba perhatikan,
pada bagian ujungnya ditumbuhi serabut-serabut ekor yang dapat berfungsi
sebagai penerima rangsang atau reseptor. Sejumlah subunit molekul protein yang
menyusun kapsid dan identik satu dengan yang lain disebut kapsomer.
Telah kita ketahui bahwa ekor bakteriofage bertugas untuk
menginfeksi. Tahukah Anda bahwa bakteriofage sebenarnya mempunyai dua tipe cara
menginfeksi, yaitu litik
atau virulen dan tenang atau lisogenik. Cara-cara menginfeksi bakteriofage
tersebut juga sekaligus digunakan sebagai cara
bereproduksi (memperbanyak diri).
3. Reproduksi Bakteriofage
Perhatikan
cara bakteriofage bereproduksi pada gambar berikut:
Daur Litik
a. Fase
adsorbsi (penempelan),
pada fase ini, awalnya ditandai dengan adanya ujung ekor menempel/melekat pada dinding
sel bekteri. Penempelan tersebut dapat terjadi apabila serabut dan ekor virus
melekat pada dinding sel bakteri.
Virus menempel hanya pada tempattempat khusus, yakni pada
permukaan dinding sel bakteri yang memiliki protein khusus yang dapat ditempeli
protein virus. Menempelnya protein virus pada protein dinding sel bakteri itu
sangat khas, mirip kunci dan gembok. Virus dapat menempel pada sel-sel tertentu
yang diinginkan karena memiliki reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Setelah
menempel, virus mengeluarkan enzim lisozim (enzim penghancur) sehingga terbentuk
lubang pada dinding bakteri atau inang.
b. Fase
injeksi (penetrasi),
selubung (seludang) sel berkontraksi yang mendorong inti ekor ke dalam sel
melalui dinding dan membran sel, kemudian virus tersebut menginjeksikan DNA ke dalam
sel bakteri. Namun demikian, seludang protein yang membentuk kepala dan ekor
fage tetap tertinggal di luar sel. Setelah menginjeksi kemudian akan terlepas
dan tidak berfungsi lagi.
Seperti
pada gambar berikut ini:
a. Penetrasi sel inang oleh bakteriofage
b. Seludang ekor memendek intinya menembus ke dalam sel, dalam
DNA virus disuntikkan ke dalam sel
c. Fase
sintesis, DNA
virus yang telah diinjeksikan yang mengandung enzim lisozim ke dalam akan
menghancurkan DNA bakteri, sehingga DNA virus yang berperan mengambil alih
kehidupan.
Kemudian DNA virus mereplikasi diri berulang-ulang dengan cara
menggandakan diri dalam jumlah yang banyak, selanjutnya melakukan sintesis protein
dari ribosom bakteri yang akan diubah manjadi bagian-bagian kapsid seperti
kepala, ekor, dan serabut ekor.
d. Fase
perakitan,
bagian-bagian kapsid kepala, ekor, dan rambut ekor yang mula-mula terpisah
selanjutnya dirakit menjadi kapsid virus kemudian DNA virus masuk ke dalamnya,
maka terbentuklah tubuh virus yang utuh.
e. Fase
litik, ketika
perakitan telah selesai yang ditandai dengan terbentuknya tubuh virus baru yang
utuh. Virus ini telah mengambil alih perlengkapan metabolik sel inang bakteri
yang menyebabkan memuat asam nukleat virus dari pada asam nukleat bakteri.
Setelah sekitar 20 menit dari infeksi awal sudah terbentuk 200
bakteriofage yang telah terakit dan sel bakteri itu pun meledak pecah (lisis)
dan melepaskan fage-fage baru/virus akan keluar untuk mencari/menginfeksi
bateri-bakteri lain sebagai inangnya, begitu seterusnya dan memulai lagi daur
hidup tersebut.
Tenang atau lisogenik, tipe ini tidak mengalami lisis
(selnya pecah), jadi asam nukleatnya dibawa dan direplikasikan di dalam sel-sel
bakteri dari satu generasi ke generasi yang lain, namun bisa secara mendadak
menjadi virulen pada suatu generasi berikutnya dan menyebabkan lisis pada sel
inangnya.
Daur Lisogenik
Pada daur ini juga
mengalami fase yang sama dengan daur litik, yaitu melalui fase adsorbsi dan
fase injeksi. Selanjutnya, akan mengalami fase-fase berikut.
a. Fase
penggabungan,
karena DNA bakteri terinfeksi DNA virus, hal tersebut akan mengakibatkan
benang ganda berpilin DNA bakteri menjadi putus, selanjutnya
DNA virus menyisip di antara putusan dan menggabung dengan benang bakteri.
Dengan demikian, bakteri yang terinfeksi akan memiliki DNA virus.
b. Fase
pembelahan, karena
terjadi penggabungan, maka DNA virus menjadi satu dengan DNA bakteri dan DNA
virus menjadi tidak aktif disebut profage. Dengan demikian, jika DNA bakteri melakukan
replikasi, maka DNA virus yang tidak aktif (profage) juga ikut melakukan
replikasi. Misalnya, apabila DNA bakteri membelah diri terbentuk dua sel
bakteri, maka DNA virus juga identik
membelah diri menjadi dua seperti DNA bakteri, begitu seterusnya.
Dengan demikian jumlah profage DNA virus akan mengikuti jumlah
sel bakteri inangnya.
c. Fase
sintesis, dalam
keadaan tertentu jika DNA virus yang tidak aktif (profage) terkena zat kimia
tertentu atau terkena radiasi tinggi, maka DNA virus akan menjadi
aktif kemudian menghancurkan
DNA bakteri dan memisahkan diri. Selanjutnya, DNA virus
tersebut mensintesis protein sel bakteri
(inangnya) untuk digunakan sebagai kapsid bagi virus-virus baru
dan sekaligus melakukan replikasi diri menjadi banyak.
d. Fase
perakitan:
kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, yang berfungsi sebagai
selubung virus. Kapsid baru virus terbentuk. Selanjutnya, DNA hasil replikasi
masuk ke dalamnya guna membentuk virus-virus baru.
e. Fase
litik, fase ini
sama dengan daur litik.
Setelah terbentuk bakteri virus baru terjadilah lisis sel.
Virus-virus yang, terbentuk berhamburan
keluar sel bakteri guna menyerang bakteri baru. Dalam daur
selanjutnya virus dapat mengalami daur litik atau lisogenik, demikian
seterusnya.
Bagaimana
hubungan antara fase litik dan lisogenik? Perhatikan gambar berikut ini:

0 Response to "BAKTERIOFAGE (Struktur, Ciri-Ciri, Reproduksi Baktriofage, Hubungan Daur Litik Lisogenik Baktriofage)"
Posting Komentar