Dampak Teknologi Rekayasa Genetik pada Sumber Daya Alam

Dampak Teknologi Rekayasa Genetik pada masa ini sedang dibicarakan dalam dunia sains, mengingat dampaknya yang begitu besar dan signifikan. Globalisasi dan pasar bebas jelas akan memberikan dampak kegoncangan yang sangat kompleks dalam segala segi kehidupan sumber daya alam di semua negara terutama negara-negara berkembang. Indonesia sebagai negara agraris akan terkena dampak dalam ketahanan pangan nasional. Ironis sekali bahwa pada awal 1998, ada yang menyebutkan bahwa globalisasi akan merupakan "zaman keemasan" karena Indonesia akan lebih luas menjual produk-produk dalam negeri. Pandangan tersebut terlalu optimistik, bahkan sebaliknya Indonesia sudah dalam cengkeraman ketidakberdayaan mandiri. Dengan jumlah penduduk yang nyaris mencapai 220 juta, kerawanan pangan merupakan ancaman serius di masa mendatang. Di awal tahun 70-an, revolusi hijau seakan menjanjikan pemecahan masalah bagi negara-negara berbasis pangan beras. Untuk menunjang revolusi hijau, IRRI (International Rice Research Institute) di Pilipina telah mengumpulkan jenis-jenis padi dari seluruh dunia penghasil beras dari Indonesia. Dari revolusi hijau telah dibuat galur-galur baru yang lebih cepat tumbuh, umur pendek, peka terhadap pemupukan kimia, tetapi hal ini menimbulkan permasalahan baru dari sifat-sifat tersebut.
      Kerawanan terhadap hama ditanggulangi dengan penggunaan pestisida-pestisida baru. Keunggulan produk revolusi hijau diketahui telah meminggirkan pemanfaatan/ penggunaan benih-benih lokal/tradisional, di samping oleh sebab-sebab mengejar hasil panen yang tinggi. Akibat
penggunaan galur-galur baru tersebut menimbulkan lahan-lahan padi cenderung bersifat monokultur. Hal ini sangat memungkinkan timbulnya "ledakan hama" yang makin lama makin sukar ditanggulangi. Apapun hasil Revolusi Hijau tidak membuat para petani makin sejahtera, karena Revolusi Hijau Tahap II (pengembangan tata niaga produk) tidak dilakukan.
      Periode akhir Revolusi Hijau kemudian dikembangkan benih-benih baru yang merupakan hibrid.
Konsekuensi penggunaan benih hibrid hanya untuk satu kali panen karena apabila padi yang dihasilkan pada panen pertama dan dilanjutkan untuk lahan berikutnya akan mengurangi hasil panen,
kecuali beli benih baru. Awal tahun 90-an telah dikembangkan teknologi baru, yaitu Teknologi Rekayasa Genetik, suatu teknologi canggih padat modal. Teknologi Rekayasa Genetik memungkinkan suatu tanaman baru dengan ciri-ciri baru, dengan kemampuan baru dikembangkan dengan teknik pemindahan gen atau bagian gen dari makhluk apapun ke makhluk apapun walaupun sangat jauh kekerabatannya. Sebagai contoh gen dari virus, bakteri, tanaman, hewan dan manusia dipisahkan dan disisipkan ke bakteri, tanamantanaman dan hewan-hewan melalui proses yang rumit, dan proses tersebut hanya dapat dilakukan di laboratorium canggih dan tidak dapat terjadi di alam. Dengan kata lain, Teknologi Rekayasa Genetik telah mengubah tatanan genetik (tatanan yang mengatur sifat-sifat alami) dari hasil evolusi yang berlangsung dalam skala jutaan tahun "dalam waktu seketika".

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dampak Teknologi Rekayasa Genetik pada Sumber Daya Alam"

Posting Komentar