Jangan Mengabaikan Jadwal Imunisasi!
ORANG TUA yang teledor biasanya baru menyesali perilakunya setelah si anak jatuh sakit. Kenapa ya dulu lupa mengimunisasi anak? Mengapa tidak menyimpan dokumen kesehatan anak dengan baik, hingga terselip entah di mana? Kesibukan bekerja juga kerap menjadi penyebab orang tua lupa mengecek kesehatan anak. Setelah anak jatuh sakit, baru orang tua menyadari, betapa kesehatan anak jauh lebih berharga dibandingkan harta benda.
ORANG TUA yang teledor biasanya baru menyesali perilakunya setelah si anak jatuh sakit. Kenapa ya dulu lupa mengimunisasi anak? Mengapa tidak menyimpan dokumen kesehatan anak dengan baik, hingga terselip entah di mana? Kesibukan bekerja juga kerap menjadi penyebab orang tua lupa mengecek kesehatan anak. Setelah anak jatuh sakit, baru orang tua menyadari, betapa kesehatan anak jauh lebih berharga dibandingkan harta benda.
Virus polio liar yang mewabah di Sukabumi beberapa waktu lalu membuat masyarakat, terutama orang tua yang memiliki anak berumur di bawah lima tahun (balita), tercengang. Sejumlah anak yang terjangkit virus itu mengalami lumpuh layuh. Entah karena pemerintah kurang sosialisasi atau budaya setempat yang masih mengandalkan dukun, program imunisasi tidak berjalan lancar.
Sebenarnya, imunisasi di Indonesia secara teratur dimulai sejak tahun 1956 sehingga Indonesia dinyatakan bebas cacar oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1974. Tahun 1977 WHO memulai program imunisasi yang di Indonesia disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI).
Pemerintah sebenarnya tidak mewajibkan berbagai jenis imunisasi harus dilakukan semua. Hanya lima jenis imunisasi pada anak di bawah satu tahun yang harus dilakukan, yakni BCG (bacillus calmette-guerin), DPT (difteri pertusis tetanus), polio, campak, dan hepatitis B.
Imunisasi BCG dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan, lalu DPT diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal empat minggu. Imunisasi polio diberikan empat kali pada bayi 0-11 bulan dengan interval minimal empat minggu. Sedangkan campak diberikan satu kali pada bayi usai 9-11 bulan. Terakhir, imunisasi hepatitis B harus diberikan tiga kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval minimal empat minggu.
Hanya saja, karena imunisasi harus diberikan berkali-kali dengan jangka waktu tertentu, orang tua kerap lupa dan harus mencatat dalam dokumen kesehatan anak yang biasanya diberikan oleh bidan, baik di tempat praktik atau di rumah sakit. Jika orang tua teledor, bisa-bisa dokumen kesehatan pun terselip.
Sebenarnya, imunisasi di Indonesia secara teratur dimulai sejak tahun 1956 sehingga Indonesia dinyatakan bebas cacar oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1974. Tahun 1977 WHO memulai program imunisasi yang di Indonesia disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI).
Pemerintah sebenarnya tidak mewajibkan berbagai jenis imunisasi harus dilakukan semua. Hanya lima jenis imunisasi pada anak di bawah satu tahun yang harus dilakukan, yakni BCG (bacillus calmette-guerin), DPT (difteri pertusis tetanus), polio, campak, dan hepatitis B.
Imunisasi BCG dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan, lalu DPT diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal empat minggu. Imunisasi polio diberikan empat kali pada bayi 0-11 bulan dengan interval minimal empat minggu. Sedangkan campak diberikan satu kali pada bayi usai 9-11 bulan. Terakhir, imunisasi hepatitis B harus diberikan tiga kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval minimal empat minggu.
Hanya saja, karena imunisasi harus diberikan berkali-kali dengan jangka waktu tertentu, orang tua kerap lupa dan harus mencatat dalam dokumen kesehatan anak yang biasanya diberikan oleh bidan, baik di tempat praktik atau di rumah sakit. Jika orang tua teledor, bisa-bisa dokumen kesehatan pun terselip.
0 Response to " Pentingnya Imunisasi Bagi Anak"
Posting Komentar