Supaya tetap sehat, kita
membutuhkan kegiatan yang membuat tubuh mengeluarkan
keringat. Bentuknya pun beragam, bisa jalan santai, lari
kecil, hingga olah raga berat. Orang yang berolah raga biasanya akan
berkeringat. Keringat yang keluar merupakan sisa pembakaran zat
berguna dalam otot. Gerakan tubuh dapat terjadi karena otot berkontraksi.
Kontraksi yang dilakukan otot mengakibatkan anggota tubuh
dapat melakukan gerakan sesuai dengan yang kita inginkan. Setiap manusia hidup melakukan aktivitas kontraksi vitas bergerak, misalnya gerak badan berjalan dan berlari. Aktivitas gerak itu dilakukan oleh otot dan rangka. Tanpa kita sadari pun, otot-otot organ dalam selalu bergerak menjalankan fungsinya.
Coba perhatikan tulang kepala bayi yang baru lahir! Bandingkan dengan tulang kepala Anda! Keadaan tulang pada bayi ini akan sangat menguntungkan karena memudahkan proses melahirkannya. Bayangkan, jika bayi memiliki tulang yang keras, pasti akan sangat menyulitkan dan menyakitkan dalam proses melahirkannya.
Setelah lahir, tulang bayi akan mengalami proses osifikasi,
yaitu proses pengerasan tulang,
seperti terlihat pada Gambar
Sumber: Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis, 2005
Proses osifikasi terjadi dalam beberapa tahap: (a) kartilago, (b) ban periosteum terbentuk, (c) perkembangan pusat osifikasi primer, (d) masuknya pembuluh darah, (e) rongga sumsum tulang terbentuk, (f) penipisan dan pemanjangan ban, (g) pembentukan pusat osifikasi sekunder, (h) sisa kartilago sebagai lempeng epifisis, (i) pembentukan batas epifisis.
Berdasarkan kenyataan itu, dapat diketahui bahwa ternyata kita
dilahirkan sudah dalam keadaan bertulang lengkap. Pernahkah Anda
membayangkan bagaimana tulang kita dapat terbentuk? Sejak kapan pembentukan tulang terjadi pada tubuh kita?
Pada rangka manusia, rangka yang pertama kali terbentuk adalah tulang rawan (kartilago) yang berasal dari jaringan
mesenkim. Tulang rawan ini sebenarnya terbentuk sejak masih dalam bentuk janin di
dalam rahim seorang ibu, kurang lebih bulan ketiga dari proses kehamilan.
Kemudian akan terbentuk osteoblas atau
sel-sel pembentuk tulang. Osteoblas ini akan mengisi rongga-rongga tulang rawan.
Sel-sel tulang dibentuk terutama dari arah dalam ke luar
(pembentukan secara konsentris). Setiap satuan-satuan sel-sel tulang ini
melingkari suatu pembuluh darah dan saraf membentuk suatu saluran yang disebut
saluran Havers.
Pada setiap kelompok lapisan terdapat sel tulang yang berada
pada tempat yang disebut lakuna.
Pada saluran Harvers terdapat pembuluh darah yang berhubungan dengan pembuluh darah pada periosteum (selaput
yang menyelimuti bagian luar tulang), yang bertugas memberikan zat
makanan ke bagian-bagian tulang. Sekeliling sel-sel tulang ini
terbentuk senyawa protein yang akan menjadi matriks tulang. Kelak ke dalam
senyawa protein ini terdapat pula zat kapur dan fosfor, sehingga matriks tulang
akan
mengeras. Makin keras suatu tulang, makin berkurang pula zat
perekatnya. Bahkan, pada tulang pipa yang keras sel-sel tulangnya telah
mati sehingga hanya tampak lakuna saja.
Tulang yang menyusun rangka manusia berjumlah kurang lebih 206 buah. Di sisi lain terdapat sel osteoklas yang berfungsi mengukir tulang dan mengubah bentuk sesuai dengan tingkat pertumbuhannya. Dapat
diibaratkan bahwa sel osteoblas dan osteoklas bertugas untuk membongkar
pasang tulang karena setiap saat sel-sel tulang ada yang mengalami
kerusakan. Pada kasus patah tulang, bagian tersebut harus secepatnya
dikembalikan pada susunan semula. Apabila kasusnya parah, kadang-kadang ditambahkan pen untuk menyam-bung. Sel-sel tulang yang rusak
akan dimakan oleh osteoklas dan terjadilah proses perbaikan tulang.
Lama waktu pemulihan tulang tergantung pada umur seseorang. Proses
pemulihan tulang
pada anak anak berlangsung lebih cepat dibandingkan orang tua.
0 Response to "Perkembangan Tulang Manusia Dari Bayi Hingga Dewasa"
Posting Komentar